Perbedaan Pilihan

Minggu pagi, setelah bangun, beraktifitas, sarapan, dan kemudian mandi, saya pun  bergegas mengeluarkan sepeda motor untuk menuju Tempat Pemungutan Suara (TPS). Hari minggu tersebut merupakan hari dimana kami sebagai masyarakat, menentukan calon Walikota dan wakil Walikota untuk periode lima tahun ke depan.
Setelah sampai di Tempat Pemungutan Suara yang ternyata sepi, saya pun langsung meminta kertas suara dan menuju bilik suara untuk menentukan pilihan yang menurut saya pantas untuk menjadi Walikota dan Wakil Walikota Palembang.
Awalnya, saya sudah menentukan calon yang akan didukung karena organisasi tempat saya bergabung, telah mengumumkan pasangan yang akan didukung. Namun, seiring berjalannya waktu hingga pemilihan tersebut, saya menjadi bimbang untuk mendukung sang calon. Berbagai pengakuan dan fakta yang tidak sesuai dengan perkataan, akhirnya saya memutuskan untuk mendukung semua calon. Tetapi, hanya dua calon yang saya coblos.
Saya paling tidak suka dengan calon walikota ataupun calon wakil walikota dan juga tim sukses dari calon tersebut yang berkata lantang untuk mengajak masyarakat agar tidak terpengaruh money politic, padahal mereka sendiri melakukan hal itu. 
Selama proses menuju hari pemilihan, saya mendengar dari orang yang sangat saya percayai bahwa mereka diberikan uang dan juga sembako serta barang lainnya dari pasangan calon. Menariknya, ada ketua Rukun Tetangga (RT) yang serakah sehingga tidak mau membagikan uang kepada masyarakat, namun meminta masyarakat untuk memilih salah satu pasang calon.
Pemilihan telah selesai dan perhitungan pada Tempat Pemungutan Suara, juga telah selesai. Tujuh hari setelah pemungutan suara, hasil mengenai siapa Walikota dan Wakil Walikota terpilih, akan diumumkan. Saya tidak terlalu antusias mengikuti perkembangan informasi mengenai pemilihan ini karena sejak awal sudah dibangun dengan cara yang tidak baik. Saya takut jika nanti mereka telah menjadi Walikota dan Wakil Walikota, mereka tidak memperhatikan masyarakat karena mereka telah membeli suara masyarakat dengan semabko dan uang. Saya takut, ketika mereka telah menjabat, mereka akan mengembalikan uang yang mereka keluarkan dengan cara memanfaatkan uang rakyat yang berasal dari APBD untuk kepentingan mereka.


0 comments:

Post a Comment